Minggu, 13 Januari 2013

MAPALA UNASMAN

 Materi Pencinta Alam & Ke”MAPALA UNASMAN SULBAR”
Oleh :
ALIF DERMAWAN

Komitmen yang terbangun menjadi esensial dari maha siswa pecinta alam untuk menumbuh kembangkan wawasan  sosial lingkungan, kepetualangan , melahirkan krakter pribadi yang sebenarnya pada generasi pelanjut dengan melakukan analisis secara geografis dengan landasan tujan MAPALA UNASMAN yaitu “terbinanya mahasiswa keriatif, inofatif,motipstif,produktif serta dinamis seluruh pecinta alam dan kepribadiannya yang luhur dan melaksanakan tri  darma perguruang tinggi serta bertanggung jawab atas kelestarian dan keharmonisan alam serta ummat yang berwawasan lingkungan hidup yang dirodohi Tuhan Yang Maha Esa”Ingatlah hai engkau penjelah alam :

1.Take noth...ing, but pictures [jangan ambil sesuatu kecuali gambar]
2.Kill nothing, but times [jangan bunuh sesuatu kecuali waktu]
3.Leave nothing, but foot-print [jangan tinggalkan sesuatu kecuali jejak kaki] dan senantiasa ;

1.Percaya kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
2.Percaya kepada kawan [dalam hal ini kawan adalah rekan penggiat dan peralatan serta perlengkapan, tentu saja juga harus dibarengi bahwa diri kita sendiri juga dapat dipercaya oleh “teman” tersebut dengan menjaga, memelihara dan melindunginya]
3.Percaya kepada diri sendiri, yaitu percaya bahwa kita mampu melakukan segala sesuatunya dengan baik.

Sejarah Pencinta Alam Serta Perkembangannya

Apabila sejenak kita merunut dari belakang, sebetulnya sejarah manusia tidak jauh-jauh amat dari alam. Sejak zaman prasejarah dimana manusia berburu dan mengumpulkan makanan, alam adalah "rumah" mereka. Gunung adalah sandaran kepala, padang rumput adalah tempat mereka membaringkan tubuh, dan gua-gua adalah tempat mereka bersembunyi. Namun sejak manusia menemukan kebudayaan, yang katanya lebih "bermartabat", alam seakan menjadi barang aneh. Manusia mendirikan rumah untuk tempatnya bersembunyi. Manusia menciptakan kasur untuk tempatnya membaringkan tubuh, dan manusia mendirikan gedung bertingkat untuk mengangkat kepalanya.

Manusia dan alam akhirnya memiliki sejarahnya sendiri-sendiri.

Ketika keduanya bersatu kembali, maka ketika itulah saatnya

Sejarah Pecinta Alam

dimulai :

Pada tahun 1492 sekelompok orang Perancis di bawah pimpinan Anthoine de Ville mencoba memanjat tebing Mont Aiguille (2097 m), dikawasan Vercors Massif. Saat itu belum jelas apakah mereka ini tergolong pendaki gunung pertama. Namun beberapa dekade kemudian, orang-orang yang naik turun tebing-tebing batu di Pegunungan Alpen adalah para pemburu chamois, sejenis kambing gunung. Barangkali mereka itu pemburu yang mendaki gunung. Tapi inilah pendakian gunung yang tertua pernah dicatat dalam sejarah.

Di Indonesia, sejarah pendakian gunung dimulai sejak tahun 1623 saat Yan Carstensz menemukan "Pegunungan sangat tinggi di beberapa tempat tertutup salju" di Papua.

Nama orang Eropa ini kemudian digunakan untuk salah satu gunung di gugusan Pegunungan Jaya Wijaya yakni Puncak Cartensz. Pada tahun 1786 puncak gunung tertinggi pertama yang dicapai manusia adalah puncak Mont Blanc (4807 m) di Prancis. Lalu pada tahun 1852 Puncak Everest setinggi 8840 meter ditemukan. Orang Nepal menyebutnya Sagarmatha, atau Chomolungma menurut orang Tibet. Puncak Everest berhasil dicapai manusia pada tahun 1953 melalui kerjasama Sir Edmund Hillary dari Selandia Baru dan Sherpa Tenzing Norgay yang tergabung dalam suatu ekspedisi Inggris. Sejak saat itu, pendakian ke atap-atap dunia pun semakin ramai.

Di Indonesia sejarah pecinta alam dimulai dari sebuah perkumpulan yaitu "Perkumpulan Pentjinta Alam"(PPA). Berdiri 18 Oktober 1953. PPA merupakan perkumpulan Hobby yang diartikan sebagai suatu kegemaran positif serta suci,terlepas dari 'sifat maniak'yang semata-mata melepaskan nafsunya dalam corak negatif. Tujuan mereka adalah memperluas serta mempertinggi rasa cinta terhadap alam seisinya dalam kalangan anggotanya dan masyarakat umumnya. Sayang perkumpulanini tak berumur panjang. Penyebabnya antara lain faktor pergolakan politik dan suasana yang belum terlalu mendukung sehingga akhirnya PPA bubar di akhir tahun 1960. Awibowo adalah pendiri satu perkumpulan pencinta alam pertama di tanah air mengusulkan istilah pencinta alam karena cinta lebih dalam maknanya daripada gemar/suka yang mengandung makna eksploitasi belaka, tapi cinta mengandung makna mengabdi. "Bukankah kita dituntut untuk mengabdi kepada negeri ini?."

Sejarah pencinta alam kampus pada era tahun 1960-an. Pada saat itu kegiatan politik praktis mahasiswa dibatasi dengan keluarnya SK 028/3/1978 tentang pembekuan total kegiatan Dewan Mahasiswa dan Senat Mahasiswa yang melahirkan konsep Normalisasi Kehidupan Kampus (NKK). Gagasan ini mula – mula dikemukakan Soe Hok Gie pada suatu sore, 8 Nopember 1964, ketika mahasiswa FSUI sedang beristirahat setelah mengadakan kerjabakti di TMP Kalibata. Sebenarnya gagasan ini, seperti yang dikemukakan Soe Hok Gie sendiri, diilhami oleh organisasi pencinta alam yang didirikan oleh beberapa orang mahasiswa FSUI pada tanggal 19 Agustus 1964 di Puncak gunung Pangrango. Organisasi yang bernama Ikatan Pencinta Alam Mandalawangi itu keanggotaannya tidak terbatas di kalangan mahasiswa saja.

Semua yang berminat dapat menjadi anggota setelah melalui seleksi yang ketat.

Sayangnya organisasi ini mati pada usianya yang kedua. Pada pertemuan kedua yang diadakan di Unit III bawah gedung FSUI Rawamangun, didepan ruang perpustakaan. Hadir pada saat itu Herman O. Lantang yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua Senat Mahasiswa FSUI. Pada saat itu dicetuskan nama organisasi yang akan lahir itu IMPALA, singkatan dari Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam.

Setelah bertukar pikiran dengan Pembantu Dekan III bidang Mahalum, yaitu Drs. Bambang Soemadio dan Drs. Moendardjito yang ternyata menaruh minat terhadap organisasi tersebut dan menyarankan agar mengubah nama IMPALA menjadi MAPALA PRAJNAPARAMITA. Alasannya nama IMPALA terlalu borjuis. Nama ini diberikan oleh Bpk Moendardjito. Mapala merupakan singkatan dari Mahasiswa Pencinta Alam. Dan Prajnaparamita berarti dewi pengetahuan. Selain itu Mapala juga berarti berbuah atau berhasil. Jadi dengan menggunakan nama ini diharapkan segala sesuatu yang dilaksanakan oleh anggotanya akan selalu berhasil berkat lindungan dewi pengetahuan. Ide pencetusan pada saat itu memang didasari dari faktor politis selain dari hobi individual pengikutnya, dimaksudkan juga untuk mewadahi para mahasiswa yang sudah muak dengan organisasi mahasiswa lain yang sangat berbau politik dan perkembangannya mempunyai iklim yang tidak sedap dalam hubungannya antar organisasi.

Dalam tulisannya di Bara Eka 13 Maret 1966, Soe mengatakan bahwa :

“Tujuan Mapala ini adalah mencoba untuk membangunkan kembali idealisme di kalangan mahasiswa untuk secara jujur dan benar-benar mencintai alam, tanah air, rakyat dan almamaternya. Mereka adalah sekelompok mahasiswa yang tidak percaya bahwa patriotisme dapat ditanamkan hanya melalui slogan-slogan dan jendela-jendela mobil. Mereka percaya bahwa dengan mengenal rakyat dan tanah air Indonesia secara menyeluruh, barulah seseorang dapat menjadi patriot-patriot yang baik”

Para mahasiswa itu, diawali dengan berdirinya Mapala Universitas Indonesia, membuang energi mudanya dengan merambah alam mulai dari lautan sampai ke puncak gunung. Mapala atau Mahasiswa Pecinta Alam adalah organisasi yang beranggotakan para mahasiswa yang mempunyai kesamaan minat, kepedulian dan kecintaan dengan alam sekitar dan lingkungan hidup. Sejak itulah pecinta alam pun merambah tak hanya kampus (Kini, hampir seluruh perguruan tinggi di Indonesia memiliki mapala baik di tingkat universitas maupun fakultas hingga jurusan), melainkan ke sekolah-sekolah, ke bilik-bilik rumah ibadah, sudut-sudut perkantoran, lorong-lorong atau kampung-kampung. Seakan-akan semua yang pernah menjejakkan kaki di puncak gunung sudah merasa sebagai pecinta alam.

Dan organisasi pencinta alam pun merambah MAPALA UNASMAN SULBAR sejak awal berdirinya. Dimulai dari puncak Gunung Bawakaraeng (2.830 Mdpl) pada tanggal 20 Mei 2007(Disepakati sebagai hari jadi MAPALA UNASMAN SULBAR), oleh 9 orang pendiri Mahasiswa Ekonomi Program Reguler Sore UNHAS (Bintang Hidayat, Hastomo, Fajrul Iman Ibrahim, Apriansyah, Ahmad Nasarudin, Asriadi, Muh.Hisyam, Suhardiman Sultan, dan Armawan Abdullah) yang disetujui oleh M.Arfan yang pada waktu itu menjabat sebagai Ketua BEM Fakultas Ekonomi Reguler Sore UNHAS(yang di kemudian hari karena bersimpatik ikut bergabung dengan MAPALA UNASMAN SULBAR dalam Angkatan I), kemudian disusul dengan deklarasi yang diadakan di Puncak Gunung Bulusaraung (1.200 mdpl) pada tanggal 09 September 2007. Dalam perjalanan kali ini ikut serta Arnan Maulana, Seorang Simpatisan (yang kemudian ditetapkan sebagai Simpatisan Pendiri). Pada periode pertama Bintang Hidayat ditetapkan sebagai ketua umum MAPALA UNASMAN SULBAR.

MAPALA, Konsekuensi yang harus dihadapi dari sebuah konsistensi

Apa yang diharapkan dengan mengikuti sebuah organisasi bernama MAPALA? Banyak memandang sebelah mata pada organisasi ini dan terkadang mengatakan bahwa kegiatannya hanya bersifat hura-hura yang menghabiskan uang. Suara itu semakin santer terdengar bila ada pemberitaan mengenai kecelakaan yang dialami oleh anggota Mapala pada waktu melakukan kegiatan di alam.

Dalam sebuah diskusi (mengutip dalam artikel Kompas, Minggu 29 Maret 1992) kegiatan Mapala dapat dikategorikan sebagai olahraga yang masuk ke dalam kaliber sport beresiko tinggi. Kegiatannya meliputi mendatangi puncak gunung tinggi, turun ke lubang gua di dalam bumi, hanyut berperahu di kederasan jeram sungai deras, keluar masuk daerah pedalaman yang paling dalam dan lainnya. umumnya kegiatan Mapala berkisar di alam terbuka dan menyangkut lingkungan hidup. Jenis aktifitas meliputi pendakian gunung (mountaineering), pemanjatan (climbing), penelusuran gua (caving), pengarungan arus liar(rafting), penghijauan dan lain sebagainya.

Tak ayal lagi bahwa kegiatan ini beresiko tinggi dan setiap anggotanya harus memahami konsekuensi resiko yang dihadapi dengan bergabung dengan organisasi ini. Resiko yang paling berat adalah cacat fisik permanen dan bahkan kematian. Untuk bisa mempersiapkan diri menghadapi resiko yang tinggi ini, dibutuhkan kesiapan mental, fisik dan skill yang memadai. Berbagai macam latihan dan pengalaman terjun langsung ke alam dapat meminimalisir resiko yang akan dihadapi. Tapi, diluar semua itu masih ada yang lebih berwenang untuk menentukan hidup dan mati seseorang.MAPALA, Pencinta alam atau Petualang ?

Dua nama, pencinta alam dan petualang seolah-olah merupakan satu kesatuan utuh yang tidak bisa di pisahkan antara keduanya. Namun kalau dilihat secara etimologi kata dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia akan nampak kelihatan bahwa keduanya tidak ada hubungan satu sama lainnya. Dalam KBBI, pecinta (alam) ialah orang yang sangat suka akan (alam), sedangkan petualang ialah orang yang suka mencari pengalaman yang sulit-sulit, berbahaya, mengandung resiko tinggi dsb. Dengan demikian, secara etimologi jelas disiratkan dimana keduanya memiliki arah dan tujuan yang berbeda, meskipun ruang gerak aktivitas yang dipergunakan keduanya sama, alam. Dilain pihak, perbedaan itu tidak sebatas lingkup “istilah” saja, tetapi juga langkah yang dijalankan. Seorang pencinta alam lebih populer dengan gerakan enviromentalisme-nya, sementara itu, petualang lebih aktivitasnya lebih lekat dengan aktivitas-aktivitas Adventure-nya seperti pendakian gunung, pemanjatan tebing, pengarungan sungai dan masih banyak lagi kegiatan yang menjadikan alam sebagai medianya.

Kini yang sering ditanyakan ketika kerusakan alam di negeri ini semakin parah, dimanakah pencinta alam? begitupun dengan para petualang yang menggunakan alam sebagai medianya. Bahkan Tak jarang aktivitas “mereka” berakhir dengan terjadinya tindakan yang justru sangat menyimpang dari makna sebagai pecinta alam, misalkan terjadinya praktek-paktek vandalisme. Inilah sebenarnya yang harus di kembalikan tujuan dan arahnya sehingga jelas fungsi dan gerak merekapun bukan hanya sebagai ajang hura-hura belaka. keberadaaan mereka belum mencirikan kejelasan arah gerak dan pola pengembangan kelompoknya. Jangankan mencitrakan kelompoknya sebagai pecinta alam, sebagai petualang pun tidak. Aktivitas mereka cenderung merupakan aksi-aksi spontanitas yang terdorong atau bahkan terseret oleh medan ego yang tinggi dan sekian image yang telah terlebih dulu dicitrakan, dengan demikian banyak diantara para “pencinta alam” itu cuma sebatas “gaya” yang menggunakan alam sebagai alat.

MAPALA UNASMAN SULBAR, Environmental+Intelektualis+Adventurer

Akhir-akhir ini di mana degradasi lingkungan dirasa semakin parah, maka peran pencinta alam sangat penting untuk membantu melestarikan lingkungan. Untuk melengkapi perannya sebagai duta lingkungan hidup, MAPALA UNASMAN SULBAR sebagai organisasi pencinta alam yang Notabene anggotanya adalah seorang Mahasiswa, dituntut pula untuk mengupgrade ilmu dan pengetahuan dan minat serta niat yang tulus untuk selalu belajar, menambah pengetahuannya bukan hanya hal-hal yang menyangkut tentang outdoor skill tetapi juga harus ber-etika dan ber-intelektual. Karena seorang anggota MAPALA UNASMAN SULBAR notabene juga adalah seorang Mahasiswa(yang berintelek), seorang anggota MAPALA UNASMAN SULBAR dituntut bukan hanya menguasai skill tentang outdoor activities, tetapi juga haruslah sebagai mahasiswa yang rasionalis, analitik, kritis, universal, dan sistematis. MAPALA UNASMAN SULBAR sadar dibutuhkan sisi Intelektual untuk menjembatani dan melengkapi sisi environmental dengan sisi adventurer.

MAPALA UNASMAN SULBAR sebagai organisasi intelektual dengan gerakan enviromentalisme bermental adventure yang berjuang keras dalam menjaga keseimbangan alam ini sebagai satu gerakan untuk masa depan akan lebih berarti tindakannya dengan komitment dan loyalitas yang tinggi dari anggotanya. Sebuah harapan untuk mengembalikan keseimbangan alam ini, perbedaan pola fikir dan arah gerak environment dengan adventurer dijembatani oleh sisi intelektualis para anggotanya yang merupakan spesialisasi dan menjadi ciri dari MAPALA UNASMAN SULBAR yang memahami pentingnya menjaga,memelihara, melindung serta melestarikan alam Tanah Air tercinta ini dan melakukannya secara aman dan tertib.. bukanlah suatu kemustahilan ketiga sisi tersebut bersatu untuk masa depan lingkungan hidup Indonesia sehingga terciptanya lingkungan hidup yang seimbang, stabil dan bermanfaat bagi kehidupan sekarang dan masa depan.

materi penulusuran gua

Sebelum Menelusuri GUA kita Harus Mengetahui ETIKA DAN KEWAJIBAN dalam PENELUSURAN GUA
Menelusur gua dapat dikerjakan untuk olah raga maupun untuk tujuan ilmiah. Namun kedua kategori penelusur gua wajib menjunjung tinggi ETIKA dan KEWAJIBAN kegiatan penelusur gua ini agar lingkungan tidak rusak, agar para penelusur sadar akan bahaya-bahaya kegiatan ini dan mampu mencegah terjadinya musibah dan agar si penelusur sadar akan kewajibannya terhadap sesama penelusur dan masyarakat disekitar lokasi gua-gua.
Seorang pemula atau yang sudah berpengalaman sekalipun harus memenuhi ETIKA dan KEWAJIBAN PENELUSURAN GUA.
ETIKA PENELUSUR GUA
1. Sejak semula harus disadari bahwa seorang penelusur gua DAPAT merusak gua, karena membawa kuman, jamur dan virus asing kedalam gua yang lingkungannya masih murni, tidak tercemar. Penelusran gua akan merusak gua apabila meninggalkan kotoran berupa sampah, kantong plastik, botol atau kaleng minuman dan makanan di dalam gua.
Membuang benda-benda tersebut adalah LARANGAN MUTLAK juga dilarang mencoret-coret gua dengan benda apapun juga.
Karenanya ikutilah MOTTO NSS dari USA:
Jangan MENGAMBIL sesuatu……........Kecuali mengambil POTRET
Jangan MENINGGALKAN sesuatu..…..Kecuali meninggalkan JEJAK
Jangan MEMBUNUH sesuatu……..........Kecuali membunuh WAKTU
2. GUA ADALAH BENTUKAN ALAM YANG TERBENTUK DALAM KURUN WAKTU RIBUAN TAHUN. SETIAP USAHA MERUSAK GUA MENDATANGKAN KERUGIAN YANG TIDAK DAPAT DITEBUS. KARENANYA JANGAN MERUSAK GUA, MENGAMBIL ATAU MEMINDAHKAN SESUATU DIDALAM GUA TANPA TUJUAN JELAS YANG DAPAT DIPERTANGGUNGJAWABKAN. Untuk tujuan ilmiah sekalipun, harus diusahakan pengambilan spesimen secara cermat, terbatas dan selektif. Itupun setelah diyakini, bahwa belum tersedia spesimen yang sama didalam laboratorium atau museum dan belum diambil spesimen yang sama oleh ahli speleologi lainnya.
Menelusuri dan meneliti gua harus dilakukan dengan penuh RESPEK, tanpa mengganggu, mengusir, merusak atau mengambil isi gua, baik yang berupa benda mati atau yang hidup.
3. Menelusuri gua harus disertai kesadaran, bahwa kesanggupan dan keterampilan pribadi TIDAK USAH DIPAMERKAN. Sebaliknya ketidakmampuan tidak perlu ditutup-tutupi oleh karena rasa malu. Bertindaklah sewajar-wajarnya, tanpa membohongi diri sendiri dan orang lain. Apabila tidak sanggup, tetapi dipaksakan, maka hal ini akan membawa akibat buruk yang tidak dapat dipertanggungjawabkan. Adalah melanggar ETIKA untuk memandang rendah keterampilan serta kesanggupan sesama penelusur. Juga melanggar ETIKA bila memaksakan diri melakukan tindakan-tindakan diluar kemampuan teknis. Juga apabila belum siap mental atau kesehatan tidak memadai.

4. Tunjukkan RESPEK terhadap sesama penelusur gua dengan cara :
Ø Tidak menggunakan bahan-bahan atau peralatan yang disediakan oleh rombongan lain tanpa persetujuan mereka.
Ø Jangan membahayakan para penelusur lain, misalnya menimpukkan batu ketika ada penelusur lain didalam gua, mengambil atau memutuskan tali yang sedang terpasang, memindahkan tangga atau alat-alat lain yang dipasang oleh rombongan penelusur lainnya.
Ø Menghasut penduduk disekitar gua untuk melarang atau menghalangi rombongan lainnya memasuki gua, karena tidak satupun gua di bumi ini milik perseorangan kecuali apabila gua itu telah dibeli oleh yang bersangkutan. Untuk tujuan ilmiah setiap gua harus dapat diteliti setelah menempuh prosedur yang berlaku.
Ø Jangan melakukan penelitian yang sama, apabila ada rombongan lain yang sedang mengerjakan DAN BELUM MEMPUBLIKASIKANNYA.
Ø Jangan gegabah menganggap anda penemu sesuatu, kalau anda belum yakin betul, bahwa tidak ada orang lain yang juga telah menemukan pula.
Ø Jangan melaporkan hal-hal yang tidak benar demi sensasi atau ambisi pribadi, karena hal ini berarti membohongi diri sendiri, dan dunia ILMU SPELEOLOGI khususnya.
Ø Setiap usaha penelusuran gua adalah USAHA BERSAMA. Bukan usaha yang dicapai sendiri. Karena setiap publikasi dari hasil penelusuran gua tidak boleh menonjolkan prestasi pribadi tanpa mengingat jasa sesama penelusur.
Ø Jangan menjelek-jelekkan nama sesama penelusur dalam suatu publikasi walaupun si penelusur itu mungkin berbuat hal-hal negatif secara sadar atau tidak sadar. Setiap publikasi negatif tentang sesama penelusur akan memberikan gambaran negatif terhadap semua penelusur gua.
KEWAJIBAN
Dunia speleologi diberbagai negara meneruskan himbauan kepada semua penelusur gua agar lingkungan gua harus dijaga kebersihannya, kelestarian dan kemurniannya

1. Konservasi lingkungan gua harus menjadi TUJUAN UTAMA kegiatan SPELEOLOGI dan dilaksanakan sebaik-baiknya oleh SETIAP PENELUSUR GUA.

2. MEMBERSIHKAN gua serta lingkungannya, menjadi kewajiban pertama para penelusur gua.

3. Apabila sesama penelusur gua membutuhkan pertolongan darurat setiap penelusur gua wajib memberi pertolongan itu.

4. Setiap penelusur gua wajib menaruh respek terhadap penduduk sekitar gua. Mintalah ijin seperlunya, bila mungkin secara tertulis dari yang berwenang. Jangan membuat onar atau melakukan tindakan-tindakan yang menyinggung perasaan penduduk. Jangan merusak pagar, tanaman, atau bangunan dan mengganggu hewan milik penduduk.

5. Bila meminta ijin dari instansi resmi yang berwenang, maka harus dirasakan sebagai kewajiban untuk membuat laporan dan menyerahkan kepada instansi tersebut. Apabila telah meminta ijin nasehat kepada sekelompok penelusur atau seseorang ahli lainnya maka wajib diserahkan pula laporan kepada kelompok penelusur atau penasehat perseorangan itu.

6. Bagian-bagian yang berbahaya dalam suatu gua wajib diberitahukan kepada kelompok penelusur lainnya, apabila anda mengetahui akan adanya tempat-tempat yang berbahaya.

7. Sesuai dengan pandangan NSS dari USA, dilarang memamerkan benda-benda mati atau hidup yang ditemukan dalam gua untuk lingkungan NON-penelusur gua atau NON-ahli speleologi. Hal itu perlu nuntuk menghindari dorongan kuat yang hampir pasti timbul untuk ikut mengambil benda-benda itu guna koleksi pribadi. Bila perlu hanya boleh dipamerkan melalui foto-foto saja.

8. NSS juga tidak menganjurkan usaha mempublikasikan penemuan di dalam gua atau lokasi dari gua-gua SEBELUM, dinyatakan betul adanya usaha pelestarian oleh yang berwenang, yang memadai. Perusakan lingkungan gua oleh orang-orang awam menjadi tanggung jawab si penulis berita apabila mereka mengunjungi gua-gua itu akibat publikasi dalam media massa.

9. Dipelbagai negara, setiap musibah yang dialami penelusur gua wajib di laporkan kepada sesama penelusur melalui media speleologi yang ada. Hal ini perlu supaya jenis musibah yang sama dapat dihindari.

10. Menjadi kewajiban mutlak bagi setiap penelusur gua untuk memberitahukan kepada rekan-rekan atau keluarga terdekat ke lokasi mana yang akan di telusuri dan kapan ia diharapkan pulang. Di tempat lokasi gua, para penelusur wajib memberitahukan kepada penduduk terdekat nama dan alamat para penelusur dan kapan diharapkan seloesai menelusuri gua. Wajib diberitahukan kepada penduduk siapa yang harus dihubungi, apabila para penelusur belum keluar dari gua sesuai waktu yanjg direncanakan.

11. Para penelusur wajib memperhatikan keadaan cuaca. Wajib meneliti apakah ada bahaya banjir didalam gua sewaktu turun hujan lebat dan meneliti lokasi-lokasi mana di dalam gua yang dapat dipakai untuk menghindarkan diri dari banjir.

12. Dalam setiap musibah setiap penelusur wajib bertindak dengan teman tanpa panik dan wajib patuh pada instruksi pimpinan penelusur.

13. Setiap penelusur gua wajib melengkapi dirinya dengan perlengkapan dasar pada kegiatan lebih sulit dengan perlengkapan yang memenuhi syarat. Ia wajib mempunyai pengetahuan tentang penggunaan peralatan itu sebelum menelusuri gua.

14. Setiap penelusur gua wajib melatih diri dalam pelbagai keterampilan gerak menelusuri gua dan keterampilan menggunakan peralatan yang dibutuhkan.
15. Setiap penelusur gua wajib membaca pelbagai publikasi mengenai gua dan lingkungannya agar pengetahuannya tentang SPELEOLOGI tetap akan berkembang. Bagi yang mampu melakukan penyelidikan atau observasi ilmiah, diwajibkan menulis publikasi agar sesama penelusur atau ahli speleologi dapat menarik manfaat dari makalah-makalah itu.


Belajar Dari Alam

Pernahkah Anda mendengar Sekolah Alam?  Di Indonesia trend sekolah ini sedang naik daun.   Murid belajar di alam terbuka dan mereka mempelajari segala sesuatu mengenai alam dan lingkungan yang sangat bermanfaat bagi proses pembelajaran anak-anak. Mereka diajarkan dengan mengamati langsung di lapangan.  Jadi  bukan sekedar hafalan seperti di sekolah umum (yang sebenarnya lebih banyak memasung kreativitas murid).

Alam mengajari kita banyak hal tentang hidup dan kehidupan.  Alam mengajak kita untuk belajar kehidupan setiap saat.  Benjamin Franklin mengatakan, " Umumnya manusia akan meninggal di usia 25 tahun namun baru dimakamkan di usia 70 tahun."  Arti kalimat ini jelas bahwa umumnya manusia mengejar cita-cita sebelum usia 30 tahun, manusia pada umumnya hidup dengan mengulangi rutinitas setelah usia 30 tahun.  Oh alangkah sedihnya! Senada dengan Benjamin, Henry Ford pernah mengatakan bahwa "Anyone who stops learning is old, whether at twenty or eighty. "  (Seseorang yang berhenti belajar adalah sudah tua, baik ketika berhenti berusia dua puluh atau delapan puluh tahun.).   Marilah kita terus belajar, termasuk belajar ke alam!

Perhatikan sebuah benih beringin.  Jika benih ini tumbuh di tempat yang tepat (subur dan cukup air) maka beringin bisa menjadi pohon raksasa yang berumur hingga ratusan tahun.  Namun jika beringin ini kita taruh di media tanam (pot) yang terbatas, beringin akan menjadi pohon kerdil.  Pohon kerdil ini bisa menjadi indah jika kita bentuk menjadi tanaman bonsai. 

Demikian juga dengan manusia.  Walaupun kita mempunyai talenta luar biasa, jika kita berada di lingkungan yang tidak mendukung maka selamanya kita akan menjadi "kerdil".  Namun jika kita menemukan lingkungan yang tepat maka segala potensi kita akan keluar secara optimal.  Kita bahkan bisa menjadi "raksasa" karena mampu mengeluarkan "hero" yang ada di dalam diri kita.

Ingat Andy Noya pengasuh Kick Andy di Metro TV? Pada tahun 1990-an saya suka mendengar Andy Noya bersama Hersubeno Arif dll. di salah satu acara pagi radio Trijaya FM.  Setelah itu Andy berkarir di RCTI, bahkan pernah membintangi iklan BCA - hingga akhirnya Andy Noya hijrah ke Metro TV.  Ketika program "Kick Andy" melejit tiba-tiba Andy Noya memutuskan hengkang dari Metro TV yang telah memberinya posisi puncak.  Ibarat pohon beringin tadi, kapasitas Andy mungkin sudah bukan di Metro TV lagi.  Andy ingin meninggalkan comfort zone, mencari kebahagiaan hakiki dan berusaha mandiri untuk menemukan "pot"  atau "kolam" yang lebih besar.

Setiap hujan turun akan timbul pelangi yang berwarna-warni.  Di dalam kehidupan kita, tidak mungkin kesusahan hidup akan menghinggapi kita terus menerus.    Ingat, Tuhan tidak akan mengubah nasib manusia kecuali manusia itu sendiri yang harus berusaha mengubahnya!  Cobaan yang diberikan Tuhan kepada manusia pasti akan mampu kita sandang.  Jika kita mau berusaha  sekuat tenaga, gigih dan pantang menyerah, berani mengambil resiko menangkap peluang maka nasib kita akan berubah.  Kebahagiaan pasti akan datang.  Kesuksesan yang kita idam-idamkan pasti akan kita raih.

Kambing gunung mengajari anak-anaknya mencari rumput segar di pegunungan.  Namun demikian, anak-anak kambing gunung ini diajari induknya supaya berlari dan menghindar secara gesit dari tangkapan harimau gunung.  Induk harimau gunung mengajari anaknya untuk pintar berburu kambing gunung dengan cara menghadang dan menerkamnya pada saat berkumpul mencari rumput.  Jika harimau gunung diajak berlari tentu akan kalah cepat dan gesit daripada kambing gunung.  Demikianlah alam mengajarkan kepada kita bahwa kesempatan (peluang) sebenarnya selalu ada, tergantung bagaimana kita melakukan persiapan untuk menangkap kesempatan tersebut.  Tanpa persiapan  yang baik maka kesempatan-kesempatan akan lewat dengan percuma!

Secara alami air mengalir selalu mencari tempat yang lebih rendah.  Seperti halnya dengan kita, apa yang kita lakukan setiap hari, kata-kata yang keluar dari mulut kita setiap hari akan selalu terekam di benak anak-anak kita.   Anak yang lahir dengan polos ibarat kertas putih yang siap kita tulisi dengan kata-kata yang indah.  Jika kita menulisinya dengan kata-kata yang kotor maka kertas putih ini akan menjadi kotor pula.  Jangan selalu menyalahkan anak tentang hasil yang kurang memuaskan yang dia peroleh.  Bangkitkan semangat mereka untuk berkarya lebih baik.  Berikan apresiasi positif untuk memberi semangat mereka. Jangan pula terlalu memanjakan anak, biarkan mereka tumbuh wajar.   Insya Allah  anak kita menjadi pribadi luar biasa yang kita idam-idamkan.

Bencana alam gunung meletus, tsunami, dan gempa bumi merupakan tanda-tanda alam yang harus kita cermati.    Banjir, kebakaran hutan  dan pemanasan global merupakan contoh-contoh kerusakan alam terjadi karena ketidakseimbangan akibat ulah manusia yang tidak bertanggungjawab. Tanda-tanda alam tersebut mengingatkan kita untuk selalu berbuat yang jujur, bertanggungjawab dan menjauhi keserakahan. 

Jika akhir-akhir ini Indonesia dilanda berbagai macam bencana alam, maka sudah selayaknya semua pemimpin mulai dari Presiden dan kabinetnya, pejabart di provinsi hingga tingkat kelurahan,  militer, polisi, anggota DPR dan kita semua menghilangkan penyakit korupsi, kolusi,  nepotisme.   Compang-camping Indonesia hingga kini dikarenakan hukum yang masih bisa ditawar.  Hukum yang masih bisa dinegosiasi ataupun dilanggar. 

Jika Indonesia mau maju, prioritas utama adalah dengan penegakan hukum di semua bidang.  Jika hukum ditegakkan maka secara tidak langsung akan mengembalikan keseimbangan alam Indonesia.  Hutan menjadi hijau subur jauh dari pencurian oleh oknum-oknum yang seharusnya melindungi kelestarian hutan.  Terorisme dan separatisme akan terkikis.  Iklim bisnis meningkat karena tidak ada atau seminimal mungkin biaya siluman.  Investor akan berbondong-bondong ke Indonesia.  Lapangan kerja akan semakin banyak.  Pariwisata akan bangkit.   Semakin sedikit jumlah pengangguran dan tingkat kejahatan.  Pelan tapi pasti keadilan dan kesejahteraan sosial akan meningkat.  Kapan ya Indonesia tercinta ini bisa bangkit dan disegani?  Marilah kita mulai dari diri kita sendiri!

SEKETSA JALUR GANDANG DEWATA SULAWESI BARAT


Jarak dan waktu tempuh
No
RUTE PENDAKIAN
JARAK UDARA
WAKTU
KETERANGAN
01
Kampung Baru – Rantepongko
2.85 km
1 jam
20 menit
Sebagian jalan sudah diaspal, selanjutnya merupakan jalanan perintis
02
Rantepongko – Pos I
4,10 km
3 jam
10 menit
Melalui pematang sawah, jalan setapak, kebun kopi
03
Pos I – Pos II
1,05 km
2 jam
10 menit
Tracking cukup berat dan jalur curam
04
Pos II – Pondok kecil (puncak)
1,95 km
2 jam
Tracking berat
05
Pondok kecil – Pos III
1,35 km
2 jam
10 menit
Tracking sedikit kemudian menurun
06
Pos III – Camp II
350 m
15 menit
Jalur terus menurun hingga menemukan tempat datar di dekat sungai
07
Camp II – Pos IV
2,45 km
2 jam
5 menit
Menyusuri anak sungai, mendaki, melewati punggungan, kemudian jalan agak datar cenderung menurun
08
Pos IV – Pondok kecil (sungai)
1,75 km
1 jam
50 menit
Menyusuri punggungan kemudian menurun menuju sungai besar kemudian menyebrangi sungai 1 kali.
09
Pondok kecil – Pos V
925 km
30 menit
Jalur menyusuri sungai dengan 5 kali penyebrangan basah
10
Pos V – Camp III
150 m
15 menit
Satu kali menyebrangi sungai kecil kemudian dilanjutkan dengan pendakian
11
Camp III – Pos VI
1,9 km
1 jam
25 menit
Tracking sampai puncak
12
Pos VI – Pos VII
2,05 km
2 jam
20 menit
Melewati punggungan, sedikit mendaki kemudian agak landai cenderung menurun
13
Pos VII – Camp IV
1,1 km
45 menit
Jalur menurun yang terjal dan licin hingga menemukan tempat datar dekat dari sungai
14
Camp IV – Air terjun
50 m
5 menit
Jalur menurun yang curam
15
Air terjun – Pos VIII

1 jam
30 menit
Menyebrangi sungai 1 kali kemudian pendakian.
16
Pos VIII – Pos IX

1 jam
45 menit
Tracking hingga punggungan mengarah ke kiri, kemudian jalur landai dan dilanjutkan dengan pendakian lagi
17
Pos IX – Pos X

45 menit
Jalur mendaki
18
Pos X – puncak

40 menit
Sedikit mendaki cenderung datar


Ketinggian dan Titik Koordinat
No.
Lokasi
Ketinggian
(mdpl)
Koordinat
1
Kampung Baru
1140
S 02o 56′ 16,0″
E 119o 22′ 39,9″
2
Pos I
1575
S 02o 52′ 58,2″
E 119o 23′ 10,8″
3
Pos II
2070
S 02o 52′ 25,8″
E 119o 23′ 00,1″
4
Pos III
2650
S 02o 50′ 29,1″
E 119o 22′ 58,7″
5
Pos IV
2450
S 02o 49′ 37″
E 119o 23′ 07″
6
Pos V
2085
S 02o 48′ 52,5″
E 119o 22′ 38,5″
7
Pos VI
2530
S 02o 47′ 49,6″
E 119o 22′ 29,4″
8
Pos VII
2110
S 02o 46′ 58,8″
E 119o 21′ 47,7″
9
Pos VIII

S
E
10
Pos IX

S
E
11
Pos X

S
E
12
Puncak
3037
S 02o 44′ 40,5″
E 119o 22′ 30,8″
* Data Pos VIII, Pos IX dan X kosong karena kondisi cuaca yang buruk